Gubernur Fed Lael Brainard, Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic dan Presiden Fed St. Louis James Bullard mengatakan lonjakan harga, karena kemacetan dan kekurangan pasokan seiring terus menurunnya jumlah kasus COVID-19, tidak akan mengejutkan. Namun, mereka juga menegaskan kembali bahwa setiap kenaikan harga cenderung bersifat sementara.Bullard menambahkan ia memperkirakan tingkat inflasi akan berada di atas 2% pada tahun 2021 dan 2022.
“Pernyataan Fed terus mendukung gagasan bahwa inflasi di AS akan sementara dan itu cukup baik untuk tetap menjaga momentum bullish jangka pendek untuk emas ... emas terus menghadapi resisten dari level $1.900, jadi jika dolar stabil selama beberapa sesi berikutnya, bullion kemungkinan tetap stabil," analis pasar senior Oanda Corp. Edward Moya mengatakan kepada Bloomberg.Dari bank sentral, Bank Indonesia akan merilis keputusan kebijakannya, diikuti oleh Reserve Bank of New Zealand dan Bank of Korea pada hari Kamis.
Sementara itu, AS akan mengumumkan Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), metode yang disukai Fed untuk mengukur inflasi, pada hari Kamis.Sentimen bullish investor terhadap emas sedang meningkat dan logam kuning ini hampir menghapus penurunannya untuk tahun 2021 hingga saat ini.Namun, investor tetap berhati-hati terhadap situasi inflasi dan wabah COVID-19 di beberapa negara. Indeks kekuatan relatif emas 14 hari tetap di atas 70 selama seminggu terakhir, tanda potensi perubahan investor.
Rifanfinancindo || Pada logam mulia lainnya, palladium naik 0,69% ke 2.763,50, perak turun 0,05% di 27,890 dan platinum naik 0,28% ke 1.181,85 pukul 13.52 WIB.
Dari tanah air, harga emas Antam (JK:ANTM) turun Rp4.000 dari Rp959.000 pada Senin menjadi Rp955.000 pagi ini menurut laman Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia pukul 07.56 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar